Kabargupas.com, BALIKPAPAN – Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap tanggal 23 Juli ini, harusnya menjadi momen penting untuk meningkatkan kepedulian terhadap hak-hak anak, termasuk perlindungan terhadap eksploitasi, seperti dipekerjakan oleh orang tua.
Meskipun ada perayaan, ternyata masih banyak kasus anak dipekerjakan yang terjadi di berbagai daerah, tak terkecuali juga terjadi di Kota Balikpapan.
Padahal, Balikpapan telah mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak (KLA), bahkan meraih predikat Utama pada tahun 2023.
Kenyataannya, masih didapati anak-anak di Kota Beriman ini yang diduga diperkerjakan oleh orang tuanya, dengan cara menjual aneka makanan dan minuman.
Kondisi ini mendapat perhatian dari anggota Komisi IV DPRD Balikpapan, Hj. Iim, S. Pd. Dirinya mengaku prihatin atas maraknya eksploitasi terhadap anak, dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
“Sangat, sangat prihatin ya. Di Hari Anak Nasional ini ternyata masih banyak anak-anak yang diduga dipekerjakan oleh orang tuanya, seperti berjualan tisu, kerupuk, hingga meminta-minta,” kata Hj. Iim, ditemui wartawan di Kantor DPRD Balikpapan, Rabu (23/07/2025).
“Saya pernah mendapati anak-anak yang berjualan itu. Setelah ditelusuri, anak-anak yang berjualan itu ternyata memang ada koordinatornya,” ungkapnya.
Waktu itu, terang politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, pihaknya sudah menyampaikan informasi tersebut ke DP3AKB (Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana) Balikpapan.
“Info dari DP3AKB Balikpapan sudah dilakukan pembinaan,” tukas Hj. Iim.
Untuk memastikan jika sudah dilakukan pembinaan, jelasnya, pihaknya juga melakukan pengawasan dengan cara memantau dari jauh aktivitas anak-anak tersebut. Sayang, setelah beberapa waktu kemudian, aktivitas anak-anak tersebut kembali marak.
“Habis dirazia itu memang nggak ada, tapi setelahnya anak-anak tersebut kembali melakukan aktivitasnya. Saya pun pernah mendapati seorang anak perempuan menjual kerupuk dan buah jeruk di sebuah tempat makan sekitar jam 10 malam,” katanya.
Sebagai bentuk empati dirinya, jelas Hj. Iim, sang anak sempat diantar ke rumahnya di salah satu kawasan di Balikpapan Kota. Dirinya juga menanyakan nomor telepon ibunya. Setelah ditelepon, dirinya menyampaikan bahwa aktivitas anaknya sudah larut malam.
“Ibunya menjawab bahwa anaknya harus membantu ibunya, karena kondisi ibunya yang single parent,” ucapnya, sedih.
Selain prihatin, sebagai anggota DPRD Balikpapan dirinya sudah melakukan berbagai upaya dan memberikan edukasi kepada orang tua agar tidak memanfaatkan atau mempekerjakan anak-anaknya.
“Kalau anaknya tidak sekolah, kami bisa memfasilitasi. Kalaupun tidak sekolah formal ada sekolah non formal seperti SKB dan lainnya,” kata Hj. Iim, yang juga Ketua Komunitas Halte Sedekah ini.
Sebagai anak-anak diusianya saat ini, lanjut Hj. Iim, harusnya adalah masa senang-senangnya menikmati masa anak-anak. Sebaliknya, mereka justru diperintahkan orang tuanya untuk bekerja.
Dirinya juga mengaku bingung melihat kondisi seperti ini karena justru orang tua, khususnya ibu yang seharusnya melindungi dan memberikan pendidikan yang layak, justru memanfaatkan anaknya untuk bekerja.
“Kami mendorong Pemerintah Kota Balikpapan dalam hal ini dinas terkait segera melakukan penanganan maksimal agar anak-anak tidak dipekerjakan oleh orang tuanya. Apalagi Balikpapan mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak,” tutupnya.
Poniran | Nur
Comment