by

Minyak Goreng Langka Warga Disalahkan, Harga Normal Stok Melimpah

Penulis: Poniran
Wartawan Kabargupas.com

Kabargupas.com, BALIKPAPAN – Minyak goreng sepekan lalu menjadi primadona para emak-emak. Tak hanya warga di Balikpapan, emak-emak di seluruh Indonesia juga turut mendambakan minyak goreng karena mengalami kelangkaan.

Untuk mendapatkan minyak goreng, warga yang didominasi oleh emak-emak ini juga terpaksa berkeliling kota untuk memastikan ada tidaknya toko modern yang menjual minyak goreng harga murah. Namun, ada juga sejumlah pria mewakili emak-emak, driver ojek online, penjual gorengan juga ikut berkeliling dan antre. Jika didapati ada antrean warga membeli minyak goreng di toko modern, mereka terpaksa mampir dan ikut antrean. Tak jarang emak-emak harus kecewa

Bahkan, untuk mendapatkan minyak goreng kemasan 1-2 liter dengan harga Rp 14 ribu dan Rp 28 ribu, warga harus rela antre berjam-jam di sejumlah toko modern, hingga toko swalayan di Balikpapan. Padahal, kebutuhan minyak goreng warga perbulannya sekitar 2-4 liter. Namun, dikarenakan stok terbatas dan untuk mendapatkan minyak goreng tersebut harus bersusah payah, maka mereka memburunya, sekaligus untuk stok di rumah.

Tak jarang juga mereka meninggalkan pekerjaannya sebagai karyawan perusahaan hingga pegawai kantor pemerintahan hanya untuk mengantre. Sedihnya, saat giliran karyawan atau pegawai kantor pemerintahan sedang antre, minyak goreng yang diharapkan bisa menjadi pelengkap masak di rumah justru habis stoknya alias tidak kebagian.

“Sakit hati lah, sudah antre berjam-jam, kepanasan pula, pas giliran saya jatah minyak gorengnya habis. Kecewa banget,” kata seorang pegawai laki-laki dari salah satu kantor pemerintahan yang ikut antre di salah satu toko modern di kawasan Telagasari Jalan Piere Tendean Balikpapan, beberapa waktu lalu.

Begitu pula dengan emak-emak yang juga antre di toko modern yang sama, namun juga tidak kebagian minyak goreng yang diinginkan, mereka tampak kecewa sembari mengomel dan meminta karyawan toko modern tersebut menambah stok minyak goreng kemasan yang dijual murah dengan harga Rp 28 ribu perdua liternya.

“Tolong Mbak, Mas ditambah dong minyak gorengnya biar kita kebagian juga. Masa sudah habis sih. Gak ada yang lain kah,” tanya Suhartini, warga Jalan Telogorejo Balikpapan.

Upaya membantu warga telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan melalui dinas terkait dengan melakukan sidak ke sejumlah distributor minyak goreng. Hasilnya, minyak goreng tetap langka dan distributor berdalih jika kiriman minyak goreng dari produsen dikurangi.

Operasi pasar juga dilakukan untuk mengatasi kelangkaan minyak goreng ini, seperti yang dilakukan PT KRN, AMPI Balikpapan, serta lainnya. Namun, kelangkaan minyak goreng di Balikpapan taknjuga bisa diatasi dan antrean warga tetap terjadi.

Antrean panjang warga untuk mendapatkan minyak goreng, menjadi hal yang biasa di Balikpapan. Untuk mendapatkan minyak goreng murah, mau tak mau mereka antre. Terjadinya kelangkaan minyak goreng di pasaran, warga pun jadi kambing hitam karena dianggap sebagai penimbunnya.

Bahkan, Wali Kota Balikpapan H. Rahmad Mas’ud mengancam warga yang kedapatan menimbun minyak goreng dengan menyerahkan warganya ke proses hukum.

“Melalui media ini saya tekankan, warga menuntut kekurangan minyak goreng langka, tapi nanti saya akan cek kalau ada warga yang menimbun, saya akan serahkan secara hukum,” kata Rahmad, beberapa waktu lalu.

Pernyataan Rahmad, tentunya disayangkan sejumlah elemen masyarakat. Mereka menyayangkan pernyataan orang nomor satu di Kota Minyak itu yang terkesan mengancam warga. Padahal, kenyataan di lapangan minyak goreng memang terjadi kelangkaan.

Ketua Forum Masyarakat untuk Transparansi (Format) Balikpapan Herry Sunaryo meminta pemerintah tidak menyalahkan warga atas terjadinya kelangkaan minyak goreng tersebut. Pemerintah, menurut Herry Sunaryo, harusnya mencari solusi bukan justru menyalahkan warga yang dituding melakukan penimbunan hingga terjadi kelangkaan minyak goreng tersebut.

“Kalau cara berfikir dan cara kerjanya Wali Kota benar dan serius, tentu kelangkaan minyak goreng ini tidak akan terjadi. Sedih rasanya melihat di berbagai tempat di Balikpapan, ibu-ibu harus berdiri berjam-jam, berdesakan antre membeli minyak goreng, sambil menggendong anak, karena harus memasak,” kata Herry Sunaryo, Selasa (15/03/2022) lalu.

Tiba-tiba masyarakat yang terkena dampak, tambah Herry, demikian dia biasa disapa, yang seolah-olah menjadi biang dari kelangkaan minyak goreng tersebut, terlebih dengan tuduhan masyarakat melakukan penimbunan. Masyarakat bisa saja beli migor untuk satu bulan sebanyak 4-6 liter, karena mereka gajiannya tiap bulan.

Menurut Herry, Pemkot Balikpapan jauh-jauh hari seharusnya sudah melakukan langkah sistematik dengan melakukan upaya pencegahan dan upaya penindakan.

“Misalnya, upaya pencegahan dengan memetakan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dengan adanya pemberitaan kosongnya minyak goreng di beberapa daerah, termasuk di Balikpapan,” ungkapnya.

Kelangkaan minyak goreng juga mendapat perhatian dari DPRD Balikpapan. Sejumlah anggota DPRD Balikpapan dari beberapa fraksi dan mengajak perwakilan emak-emak, juga melakukan sidak lapangan dengan mengunjungi sejumlah gudang milik distributor guna memastikan ketersediaan minyak goreng, seperti ke gudang PT. Anugrah Cahyadi Jalan Projakal Kariangau selaku distributor Migor merek SunCo dan gudang PT. Has Jaya Sentosa di Km 2,5 Jalan Soekarno-Hatta Balikpapan Utara selaku distributor merek Madina.

“Kita sidak ke gudang distributor ini untuk memastikan ketersediaan minyak goreng. Apakah benar-benar langka atau ada penimbunan. Ini yang kita pastikan,” kata Alwi Al Qadri, anggota DPRD Balikpapan saat sidak, beberapa waktu lalu.

Tak hanya Wali Kota Balikpapan, terjadi antrean warga karena kelangkaan minyak goreng ini juga mendapat tanggapan dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Dalam sebuah diskusi yang videonya beredar luas, Megawati menyayangkan terjadinya antrean minyak goreng tersebut. Menurutnya, memasak tidak harus menggunakan minyak goreng, namun, bisa dibakar atau direbus.

“Saya juga heran kenapa mau warga antre berjam-jam cuma untuk mendapatkan minyak goreng. Kan memasak gak harus digoreng, bisa dibakar  dan direbus,” kata Megawati.

Karena antrean warga untuk mendapatkan minyak goreng murah makin menjadi, Pemerintah akhirnya mengembalikan harga minyak goreng di pasaran. Sebelumnya minyak goreng murah yang disubsidi pemerintah harganya Rp14 ribu perliter atau Rp 28 ribu perliter, kini harga tersebut kembali normal menjadi Rp24 ribu perliter.

Satu hari pasca diumumkannya pengembalian harga minyak goreng tersebut, seluruh toko modern dan swalayan di Balikpapan ramai-ramai memajang minyak goreng yang sebelumnya mengalami kelangkaan dengan harga Rp 50 – Rp 52 ribu perdua liternya.

“Nah kalau begini ketahuan. Bilang langka, gak ada stok, stok kosong. Ehh giliran harganya normal (mahal) minyak goreng yang dipajang banyak. Terus siapa yang nimbun,” tandas Supriyadi, warga Telagasari ditemui media ini.

Saat ini, minyak goreng melimpah dan banyak dijual oleh toko-toko modern hingga pasar modern dengan harga yang cukup mahal yakni Rp 50 ribu sampai Rp 52 ribu perdua liternya, yang dianggap masyarakat, khususnya rakyat dari ekonomi kecil masih dirasa memberatkan (*)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed