Kabargupas.com, BALIKPAPAN – Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB) terus mengoptimalkan distribusi air bersih di tengah tantangan kapasitas produksi yang terbatas.
Berbagai langkah pun telah dilakukan PTMB atau yang lebih dikenal dengan sebutan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Balikpapan untuk meningkatkan layanan air bersih secara adil dan efisien.
Direktur Utama PTMB, Yudhi Saharuddin menyatakan, sejak Januari 2024, PTMB telah melakukan perbaikan manajemen distribusi air bersih dengan menerapkan sistem pergiliran aliran air.
“Dengan keterbatasan kapasitas produksi, prinsip keadilan menjadi prioritas. Tidak boleh ada kawasan yang terus mendapatkan air 24 jam, sementara kawasan lain tidak teraliri sama sekali,” kata Yudhi saat ditemui wartawan, belum lama ini.
Saat ini, jelas Yudhi, kapasitas produksi air Balikpapan mencapai 1.500 liter per detik, sementara kebutuhan idealnya adalah 2.000 liter per detik untuk melayani 117.000 pelanggan. Pola penggiliran dianggap menjadi solusi terbaik dalam kondisi ini, meskipun ada kendala teknis seperti topografi dan kondisi pipa yang tidak dirancang untuk beban optimal.
“PTMB juga fokus pada perbaikan infrastruktur pipa untuk meningkatkan efisiensi distribusi air. Dengan dukungan tim Utility of the Future yang bekerja sama dengan Bank Dunia dan profesional dari Korea, PTMB berhasil menurunkan tingkat kehilangan air tak berekening (non-revenue water/NRW) dari 33% menjadi 24-29%,” ujarnya.
“Perbaikan pipa distribusi sudah mencapai 30-40%, tetapi untuk mencapai 100% perlu waktu dan dilakukan secara bertahap. Contohnya di Malang, NRW 14% baru bisa dicapai setelah semua pipa dilakukan peremajaan secara bertahap,” imbuh Yudhi.
Menurut Yudhi, perbaikan juga dilakukan pada pipa transmisi, yang sering mengalami kebocoran. Di kawasan Jl. MT Haryono dan Jl. Agung Tunggal, pipa transmisi telah diganti dengan jenis HDPE untuk meningkatkan daya tahan.
“Namun, di wilayah Kilo, khususnya dari Km 8 hingga Km 12, peremajaan membutuhkan anggaran hingga Rp600 miliar,” ungkapnya.
Semua pipa di kawasan ini, menurut Yudhi, merupakan hibah dari pemerintah provinsi dan belum pernah diperbarui sejak pertama kali dipasang. Meski perbaikan terus dilakukan, kata Yudhi, distribusi air tetap menghadapi tantangan teknis, seperti tekanan air yang rendah akibat kebocoran.
“Contohnya, ketika Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kampung Damai hanya beroperasi pada kapasitas 50%, kawasan tertentu seperti Balikpapan Baru dan Balikpapan Permai harus bergiliran mendapatkan aliran air,” jelas Yudhi.
“Kondisi akan semakin parah jika kebocoran terjadi di lokasi terpencil, seperti tengah hutan, yang membutuhkan eskavator untuk akses perbaikan,” tambah Yudhi.
Oleh karena itu, lanjut Yudhi, PTMB menerapkan standar waktu perbaikan kebocoran maksimal satu hari, namun penyesuaian tekanan air membutuhkan waktu tambahan. Sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), PTMB mengelola dana publik sehingga setiap langkah harus berdasarkan kajian teknis, investasi, dan regulasi yang lengkap.
“Seluruh kajian ini telah disampaikan kepada pemerintah provinsi dan Kuasa Pemilik Modal PTMB (KPM). Kita harus memastikan setiap kebijakan dan perbaikan tidak hanya efisien, tetapi juga akuntabel. Sebagai pengelola dana publik, transparansi adalah prioritas utama,” pungkasnya.
Penulis: Poniran
Sumber: Advertorial
Comment