Kabargupas.com, JAKARTA – Tembakau sebagai kebanggaan dan warisan daerah sering terlupakan. Sebagai upaya mengenalkan histori dan kontribusi tembakau yang ada di seluruh pelosok tanah air, Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) menginisiasi diskusi bertajuk Tobacco is Our Legacy, Rabu (09/02/2022).
Diskusi ini diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai kampus di Jakarta dan Bogor.
Sekretaris Jenderal AMTI, Hananto Wibisono menyampaikan apresiasinya atas kehadiran dan antusiasme kawula muda yang mengikuti dialog secara aktif.
“Dialog dua arah dari kawula muda ini menunjukkan bahwa keingintahuan mereka cukup besar terhadap tembakau. Saya sangat mengapresiasi antusiasme generasi muda yang ingin menggali pengetahuan mereka,” ujar Hananto.
Proses diskusi dari awal hingga akhir dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Panitia menyediakan sarana dan fasilitas hand sanitizer dan masker serta menerapkan jaga jarak selama dialog berlangsung.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau (APTI) Soeseno selaku narasumber menyampaikan tentang bagaimana tembakau bukan hanya menjadi sebuah komoditi pertanian namun berhasil memberdayakan masyarakat.
Bahkan menjadi kontributor utama pembangunan sebuah daerah seperti Medan lewat Tembakau Deli dan Jember melalui Tembakau Besuki Na Oogst.
“Saya adalah generasi yang tumbuh, besar dan menjadi bagian dari tembakau sejak kecil. Tembakau adalah sumber pendapatan utama, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di Jember. Bahkan, tembakau kualitas terbaik Jember seperti tembakau kasturi diekspor ke Jepang dan Eropa menjadi bahan utama cigar,” ujar Soeseno.
Soeseno menekankan, tembakau menjadi satu-satunya harapan, penopang ekonomi masyarakat Jember. Tembakau pun berhasil mengangkat derajat para perempuan menjadi sosok yang mandiri.
Menurut Soeseno, tembakau membuka lapangan pekerjaan dan memandirikan para perempuan dengan latar belakang pendidikan minim, yang selama ini tidak diprioritaskan industri lain.
“Tembakau adalah sektor industri yang menerima para perempuan tanpa melihat atau menilai ijazah, kemampuan baca dan tulis. Mereka diterima sebagai pekerja yang mandiri dan mendapatkan penghasilan cukup dengan kemampuan sortasi (kemampuan memilah tembakau),” ungkap Soeseno.
“Pak, kalau 80 persen perempuan di Jember bekerja di gudang tembakau, kaum prianya ke mana, Pak,” ujar Suhandi, mahasiswa Universitas Juanda, Bogor.
“Para prianya bekerja di ladang, sebagai petani,” jawab Soeseno.
Sembari menjelaskan seluk beluk tanaman tembakau, mahasiswa menyaksikan tayangan video varietas tembakau khas Jember hingga proses pengolahannya.”Pak, selain sebagai bahan cerutu/cigar, apalagi kegunaan tembakau?,” ujar Raihan, mahasiswa UIN Jakarta.
“Ada varietas lain dari tembakau yang bagian dari daunnya bisa diekstrak menjadi bahan pengharum ruangan. Varian produk tembakau sebagai pengharum sudah dilakukan di Arab Saudi,”sebut Soeseno.(*)
Comment