Kabargupas.com, BALIKPAPAN – Capaian Kegiatan Usaha Hulu Migas (KUHM) tahun 2024 di wilayah Kalimantan dan Sulawesi (Kalsul) berjalan maksimal. Bahkan, kontribusi lifting migas di wilayah Kalsul terhadap lifting migas Nasional Tahun 2024 sebesar 12 persen atau 68.521 MBOPD.
Kepala SKK Migas Kalsul, Azhari Idris menyatakan, di wilayah kerja area Kalsul kegiatan operasi produksinya, termasuk eksplorasi itu targetnya berjalan maksimal. Misalnya gas. Gas itu pencapaiannya juga mendekati 100 persen. Demikian juga minyak.
“Demikian juga dengan target-target sumur yang kita bor, baik itu sumur perkembangan maupun sumur eksplorasi. Dalam target kita akhir tahun nanti, diharapkan itu semuanya bisa mendekati 100 persen,” kata Azhari ditemui kabargupas.com, usai Jumpa Pers Akhir Tahun 2024 di Kantor Perwakilan SKK Migas Kalsul, Pasir Ridge Balikpapan, Selasa (17/12/2024).
Secara umum, tambah Azhari, performance Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di area Kalsul itu berjalan cukup bagus. Dan pihaknya sangat confidence. Kondisi yang sama bisa lanjutkan di tahun yang akan datang yakni 2025.
“Untuk target 2025, SKK Migas Kalsul menargetkan di atas 605.000 barel, tapi nanti akan diumumkan oleh Kantor Pusat di Jakarta. Ada dua target pada 2025 mendatang, yakni target sesuai dengan BPNB kita, yang menurut kita, dimana kita produksi dan berapa besar, kemudian target yang kedua adalah target Negara yang tetap,” jelas Azhari.
Jadi, lanjut Azhari, nanti akan disampaikan mungkin dalam waktu dekat ini (1 Minggu ke depan, red) kelihatannya akan ada informasi itu, yang akan disampaikan oleh Jakarta, setelah semua data itu komplit.
Guna menghadapi 2025 mendatang, berbagai upaya akan dilakukan SKK Migas Kalsul dalam pemenuhan capaian lifting migas. Dari sisi hulu migas di Kalsul yang pertama akan dipastikan beberapa proyek yang masih terdelay (tertunda) di 2024 itu bisa dilaksanakan di 2025.
“Misalnya proyek-proyek yang terkait dengan persoalan lahan pangan berkelanjutan. Kita harus masuk di sawah untuk ngebor. Mudah-mudahan diawal tahun depan semua sudah selesai dan kita bisa melakukan rencana produksi. Sehingga tahun depan itu produksi migas di Kalimantan Sulawesi ini akan meningkat lebih besar,” harapnya.
“Dengan kita bisa menyelesaikan beberapa persoalan-persoalan nonteknis di proyek-proyek yang saat ini sedang dikerjakan oleh teman-teman operator,” kata Azhari.
Terkait sawah yang merupakan lahan produktif untuk ketahanan pangan masyarakat yang jadi lokasi pengeboran migas, Azhari menjelaskan, di Sulawesi ada dua proyek, yang pertama ada di Sengkang, Kabupaten Wajo.
Di Kabupaten Wajo, menurut Azhari, sebagian lahan persawahan itu adalah lahan pertanian pangan berkelanjutan. Artinya, lahan itu tidak boleh dipakai membangun kegiatan-kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan publik.
“Karena itu, kita kebetulan mendapatkan sumber cadangan migasnya di sawah. Dan kita akan melewati, memasang pipa gas itu juga melalui area-area sawah. Oleh karena itu, sawah-sawah itu kita lalui dan kita akan bebaskan. Sementara, itu adalah sawah atau lahan pangan berkelanjutan,” ungkapnya.
Kalau kita bebaskan lahan itu kita pakai atau pergunakan, berarti lahan terganggu di area itu. Nah karena itu, ada kewajiban di dalam peraturan Menteri Pertanian bahwa kita harus mengganti 3 kali lipat, minimal untuk sawah yang kita pakai.
“Jadi, kalau misalnya kita ngebor, tanah pipa, kita pakai sawahnya mungkin 5 hektar, kita harus ganti 15 hektar. Supaya apa, supaya lahan-lahan pertanian para petani itu tersedia cukup, kemudian kebutuhan pangan yang selama ini diproduksikan, tetap berproduksi cukup walaupun ada kegiatan industri lain,” tandasnya.
“Jadi di Sulawesi itu ada dua. Pertama di Sengkang Kabupaten Wajo, kemudian satunya di Sulawesi Tengah, yaitu di Kabupaten Banggai,” tutup Azhari.
Penulis: Poniran
Editor: Nurhayati
Comment