Kabargupas.com, SAMBOJA – Sebuah kisah inspiratif datang dari H. Muhammad Rustam, seorang pengusaha bergerak di bidang perkebunan sawit di Karya Merdeka, Kecamatan Samboja Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur.
Demi memajukan kualitas pendidikan di wilayahnya serta masyarakat kurang mampu, khususnya anak-anak yatim dan dhuafa mendapatkan pendidikan gratis, dan atas kelebihan rezekinya, H. Muhammad Rustam rela lahan perkebunan sawitnya dijadikan kawasan pendidikan berupa Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah.
Pondok pesantren milik H. Muhammad Rustam yang sejak tahun lalu resmi dibuka ini, sudah menampung 140 lebih santri. Seiring perkembangannya, jumlah santri diperkirakan akan terus bertambah. Bahkan, untuk mewujudkan kualitas pendidikan di bidang agama Islam ini, H. Muhammad Rustam yang akrab disapa H. Rustam ini akan menambah kawasan pendidikan menjadi 18 hektar dari 4 hektar yang sudah ada.
Pembangunan pondok pesantren ini dilakukan atas keikhlasan dirinya dan keluarga yang memang mendukung dibangunnya pondok pesantren gratis ini tanpa bantuan dari Pemerintah dengan tenaga pengajarnya berjumlah 14 orang.
Pemilik Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah, H. Rustam mengatakan, jumlah keseluruhan santri yang belajar di Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah ini sebanyak 140 santri lebih. Para santri yang ada di Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah ini tidak hanya warga di lingkungan Kelurahan Karya Merdeka, Kecamatan Samboja Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), tapi sejumlah daerah di Kalimantan Timur seperti Berau, Samarinda, Balikpapan hingga Sulawesi Selatan.
“Total santri yang belajar di Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah ini berjumlah 140 orang lebih, baik putra maupun putri dengan jumlah tenaga pendidik yang dilibatkan sebanyak 14 orang,” kata Haji Rustam ditemui kabargupas.com, Kamis (16/05/2024).
Lebih lanjut, Rustam menjelaskan, seluruh santri yang belajar selama di Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah ini tidak dipungut biaya alias gratis, khususnya bagi santri yang berasal dari warga kurang mampu atau anak yatim dan dhuafa.
“Untuk biaya selama mondok di pesantren ini, semua kita gratiskan, khususnya anak yatim dan dhuafa, dengan fasilitas yang disediakan berupa gedung belajar dan tempat tinggal serta mendapatkan makan gratis sebanyak tiga kali sehari,” jelasnya.
Dalam menyediakan fasilitas pendidikan gratis ini, terang Rustam, dirinya telah memanfaatkan lahan dari perkebunan sawitnya seluas 4 hektar. Luasan lahan diperkirakan akan kembali bertambah seiring dengan meningkatnya pembangunan di pondok pesantren ini yakni menjadi 18 hektar dari luas lahan perkebunan sawit miliknya.
“Saat ini sudah ada dua gedung yang berdiri di atas lahan seluas 4 hektar untuk menampung para santri yang ingin belajar dan menghafalkan Al Qur’an, baik gedung khusus santri putra maupun putri. Tak hanya itu, sebuah masjid berukuran 30 kali 30 meter persegi juga dalam proses pembangunan,” jelasnya.
Menurut CEO PT Samurai Grup ini, pengembangan pondok pesantren akan terus dilakukan seiring dengan makin banyaknya anak-anak yang ingin belajar dan menghafal Al Qur’an di pondok pesantren ini.
“Ini kami lakukan untuk menyiapkan pendidikan gratis dan meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak di lingkungan Karya Merdeka,” tukasnya.
Selain dua gedung yang sudah ada dan sebuah masjid dalam proses pembangunan, katanya, di lokasi lahan seluas 18 hektar tersebut juga akan dibangun lagi bangunan sekolah untuk tingkat SMP dan SMA serta menyiapkan lapangan sepakbola untuk aktivitas olahraga para santri.
“Total lahan yang saya siap seluas 18 hektar. Di lokasi ini akan dibangun gedung sekolah tingkat SMP dan SMA serta lapangan sepakbola untuk aktivitas olahraga para santri,” terangnya.
Untuk biaya pembangunan, Rustam bersyukur sejauh ini masih ada rezeki dari Allah SWT yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di wilayahnya, khususnya pendidikan agama Islam.
“Alhamdulillah masih ada rezeki dari Allah SWT yang bisa digunakan untuk membangun atau mengembangkan Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah ini,” ungkapnya.
Santri Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah, Harsyah Desfan mengaku bersyukur bisa belajar dan mondok di Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah Samboja Barat ini. Selain kondisi pondoknya yang tenang, selama mondok pun pemilik pondok pesantren menggratiskan seluruh biayanya.
“Alhamdulillah, bisa belajar disini. Selain suasananya tenang, juga selama mondok juga tidak dipungut biaya alias gratis. Juga dapat makan gratis tiga kali sehari,” kata Desfan, santri asal Kota Balikpapan berusia 14 tahun ini.
Sementara itu, Koordinator Pembina dan Guru Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah, Amrullah mengatakan, total santri yang belajar di sini ada 140 santri, baik putra maupun putri dengan jumlah pengajar sebanyak 14 ustadz. Seluruh santri berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Timur, selain warga sekitar di Kelurahan Karya Merdeka Samboja Barat, juga ada santri berasal dari Kabupaten Berau, Samarinda, Balikpapan hingga santri dari Sulawesi Selatan.
“Selain warga Karya Merdeka, santri yang belajar di Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah ini, juga berasal dari Berau, Sulawesi Selatan, Samarinda, dan Balikpapan,” kata Amrullah.
Untuk biaya selama belajar di Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah ini, lanjut Amrullah, sampai hari Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah tidak memungut biaya alias menggratiskan seluruh biayanya, khususnya anak-anak yatim dan dhuafa.
“Alhamdulillah sampai hari ini, Pondok Pesantren ini menggratiskan seluruh biaya anak-anak, khususnya yatim dan dhuafa. Anak-anak sekadar dipungut biaya sebesar Rp 300 ribu sebagai infaq bulanan. Dari infaq ini nanti dikelola pesantren untuk operasional,” ujarnya.
Amrullah menjelaskan, kegiatan belajar mengajar santri di Pondok Tahfiz Qur’an Sitti Aminah ini diawali dengan kegiatan Subuh pukul 03.00 WITA, mulai bangun untuk salat Tahajud, dilanjutkan dengan salat Subuh, lalu setoran hafalan, sampai pukul 06.30 WITA.
“Setelah belajar di kelas nanti Zuhur masuk kembali untuk salat. Setelah salat anak-anak menyetor hafalan lagi. Setelah setor hafalan, anak-anak makan siang dan setelah makan siang jam setengah tiga anak-anak mengaji,” tukas Amrullah.
“Kemudian salat Ashar, setelah salat Ashar mereka setoran hafalan lagi. Dan setelah setoran hafalan anak-anak berolahraga sekitar pukul 17.00-18.00 WITA, lalu salat Magrib, makan malam dan setelah Isha mengikuti perkumpulan untuk muroja’ah atau mengulang hafalan dan lainnya,” tutupnya.
Penulis: Poniran
Editor: Nurhayati
Comment